468x60 Ads

Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image >
0 komentar

ZOMBIE

AWAL MULA ZOMBIE

Zombie sebenarnya berasal dan muncul dari pulau Haiti di Karibia.Mereka adalah orang2 yang hampir mati,lalu dihidupkan kembali dari tubuh yang hampir mati tsb oleh para pendeta/dukun Voodoo (semacam ilmu ghaib/supranaturalnya suku-suku indian,tentunya ini pakai mantera-mantera).
Mereka biasanya digunakan sebagai budak selama sisa2 hidup mereka yang sangat meyedihkan.Seperti halnya manusia,zombie pun dapat bergerak,makan,mendengar,dan berbicara,namun mereka tidak memiliki ingatan dan wawasan tentang kondisi mereka.

 

CLICK HERE

PEMBELAJARAN IPA DI JEPANG

0 komentar

 Guru-guru di Jepang tidak memiliki model-model pembelajaran.  Pembelajaran yang digunakan guru di Jepang relatif hanya satu macam pembelajaran. Keefektifan pembelajaran di Jepang bergantung pada cara meningkatkan hasil belajar siswa, tidak bergantung pada langkah-langkah (model-model) pembelajaran. Pembelajaran yang biasa digunakan guru di Jepang pada setiap pertemuan terbagi dalam dua bagian. Pembelajaran pada bagian pertama, selama kira-kira setengah pertemuan, adalah pembelajaran interaktif dialogis yang dilaksanakan secara klasikal. Pembelajaran pada bagian kedua dilaksanakan dengan siswa melakukan kegiatan kelompok. Walaupun umumnya kegiatan kelompok dilaksanakan dengan kegiatan praktik, tetapi seringkali dilaksanakan tanpa menggunakan LKS.  Berbeda dengan di Indonesia yang selalu harus menggunakan LKS.
Pembelajaran di Jepang dilaksanakan dengan selalu mengikuti dan menghargai pemikiran-pemikiran siswa, sehingga siswa merasa nyaman dalam belajarnya. Perasaan nyaman itulah yang membuat siswa dapat belajar dengan baik. Jadi, pembelajaran yang menyenangkan di Jepang bukan pembelajaran yang menghibur, melainkan pembelajaran yang menyamankan, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan minat belajarnya meningkat dengan baik.
           Disamping itu, pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan mengikuti dinamika belajar siswa, yaitu siswa dalam belajarnya akan selalu mengalami perubahan, karena itu guru harus mengikuti perubahan tersebut, agar guru dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan penguasaan konsep siswa dengan baik. Tampaknya pembelajaran tersebut bertolak-belakang dengan pembelajaran yang menggunakan model-model pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran, pembelajaran dilaksanakan mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Ditinjau dari sudut pembelajaran dinamik.  pembelajaran yang menggunakan model-model pembelajaran merupakan pembelajaran yang kaku, yang cenderung mengabaikan dinamika belajar siswa. Karena pembelajaran di Jepang bersifat dinamik, Lesson Study merupakan cara terbaik bagi guru-guru di Jepang untuk meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan pembelajaran yang dinamiknya itu.
          Dari kegiatan pembelajaran yang teramati, pembelajaran di Jepang tidak tampak hebat seperti pembelajaran dengan model-model pembelajaran. Tetapi jika kita memperhatikan cara guru berinteraksi dengan siswa, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa, cara guru berdialog, dan lain-lain barulah kita akan mengetahui bahwa pembelajaran di Jepang itu lebih efektif daripada pembelajaran yang menggunakan model-model pembelajaran.

Upacara minum teh (Jepang)

0 komentar



Upacara minum teh (茶道 sadō, chadō?, jalan teh) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chatō (茶の湯?) atau cha no yu. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate.
Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding (kakejiku), bunga (chabana), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang.
Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh (chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchadō, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō.
Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar mempraktekkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam upacara minum teh.

Sejarah

Lu Yu (Riku U) adalah seorang ahli teh dari dinasti Tang di Tiongkok yang menulis buku berjudul Ch'a Ching (茶经) atau Chakyō (bahasa Inggris: Classic of Tea). Buku ini merupakan ensiklopediamengenai sejarah teh, cara menanam teh, sejarah minum teh, dan cara membuat dan menikmati teh.
Produksi teh dan tradisi minum teh dimulai sejak zaman Heian setelah teh dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang dikirim ke dinasti Tang. Literatur klasik Nihon Kōki menulis tentang Kaisar Saga yang sangat terkesan dengan teh yang disuguhkan pendeta bernama Eichu sewaktu mengunjungi Provinsi Ōmi di tahun 815. Catatan dalam Nihon Kōki merupakan sejarah tertulis pertama tentang tradisi minum teh di Jepang.
Pada masa itu, teh juga masih berupa teh hasil fermentasi setengah matang mirip Teh Oolong yang dikenal sekarang ini. Teh dibuat dengan cara merebus teh di dalam air panas dan hanya dinikmati di beberapa kuil agama Buddha. Teh belum dinikmati di kalangan terbatas sehingga kebiasaan minum teh tidak sempat menjadi populer.
Di zaman Kamakura, pendeta Eisai dan Dogen menyebarkan ajaran Zen di Jepang sambil memperkenalkan matcha yang dibawanya dari Tiongkok sebagai obat. Teh dan ajaran Zen menjadi populer sebagai unsur utama dalam penerangan spiritual. Penanaman teh lalu mulai dilakukan di mana-mana sejalan dengan makin meluasnya kebiasaan minum teh.
Permainan tebak-tebakan daerah tempat asal air yang diminum berkembang di zaman Muromachi. Permainan tebak-tebakan air minum disebut Tōsui dan menjadi populer sebagai judi yang disebut Tōcha. Pada Tōcha, permainan berkembang menjadi tebak-tebakan nama merek teh yang yang diminum.
Pada masa itu, perangkat minum teh dari dinasti Tang dinilai dengan harga tinggi. Kolektor perlu mengeluarkan banyak uang untuk bisa mengumpulkan perangkat minum teh dari Tiongkok. Acara minum teh menjadi populer di kalangan daimyo yang mengadakan upacara minum teh secara mewah menggunakan perangkat minum teh dari Tiongkok. Acara minum teh seperti ini dikenal sebagaiKaramono suki dan ditentang oleh nenek moyang ahli minum teh Jepang yang bernama Murata Jukō. Menurut Jukō, minuman keras dan perjudian harus dilarang dari acara minum teh. Acara minum teh juga harus merupakan sarana pertukaran pengalaman spiritual antara pihak tuan rumah dan pihak yang dijamu. Acara minum teh yang diperkenalkan Jukō merupakan asal-usul upacara minum teh aliran Wabicha.
Wabicha dikembangkan oleh seorang pedagang sukses dari kota Sakai bernama Takeno Shōō dan disempurnakan oleh murid (deshi) yang bernama Sen no Rikyū di zaman Azuchi Momoyama. Wabicha ala Rikyū menjadi populer di kalangan samurai dan melahirkan murid-murid terkenal seperti Gamō UjisatoHosokawa TadaokiMakimura HyōbuSeta KamonFuruta ShigeteruShigeyama KenmotsuTakayama UkonRikyū Shichitetsu. Selain itu, dari aliran Wabicha berkembang menjadi aliran-aliran baru yang dipimpin oleh daimyo yang piawai dalam upacara minum teh seperti Kobori MasakazuKatagiri Sekijū dan Oda Uraku. Sampai saat ini masih ada sebutan Bukesadō untuk upacara minum teh gaya kalangan samurai dan Daimyōcha untuk upacara minum teh gaya daimyō.
Sampai di awal zaman Edo, ahli upacara minum teh sebagian besar terdiri dari kalangan terbatas seperti daimyo dan pedagang yang sangat kaya. Memasuki pertengahan zaman Edo, penduduk kota yang sudah sukses secara ekonomi dan membentuk kalangan menengah atas secara beramai-ramai menjadi peminat upacara minum teh.
Kalangan penduduk kota yang berminat mempelajari upacara minum teh disambut dengan tangan terbuka oleh aliran Sansenke (tiga aliran Senke: OmotesenkeUrasenke dan Mushanokōjisenke) dan pecahan aliran Senke.
Kepopuleran upacara minum teh menyebabkan jumlah murid menjadi semakin banyak sehingga perlu diatur dengan suatu sistem. Iemoto seido adalah peraturan yang lahir dari kebutuhan mengatur hirarki antara guru dan murid dalam seni tradisional Jepang.
Joshinsai (guru generasi ke-7 aliran Omotesenke) dan Yūgensai (guru generasi ke-8 aliran Urasenke) dan murid senior Joshinsai yang bernama Kawakami Fuhaku (Edosenke generasi pertama) kemudian memperkenalkan metode baru belajar upacara minum teh yang disebut Shichijishiki. Upacara minum teh dapat dipelajari oleh banyak murid secara bersama-sama dengan metode Shichijishiki.
Berbagai aliran upacara minum teh berusaha menarik minat semua orang untuk belajar upacara minum teh, sehingga upacara minum teh makin populer di seluruh Jepang. Upacara minum teh yang semakin populer di kalangan rakyat juga berdampak buruk terhadap upacara minum teh yang mulai dilakukan tidak secara serius seperti sedang bermain-main.
Sebagian guru upacara minum teh berusaha mencegah kemunduran dalam upacara minum teh dengan menekankan pentingnya nilai spiritual dalam upacara minum teh. Pada waktu itu, kuil Daitokujiyang merupakan kuil sekte Rinzai berperan penting dalam memperkenalkan nilai spiritual upacara minum teh sekaligus melahirkan prinsip Wakeiseijaku yang berasal dari upacara minum teh aliran Rikyū.
Di akhir Keshogunan Tokugawa, Ii Naosuke menyempurnakan prinsip Ichigo ichie (satu kehidupan satu kesempatan). Pada masa ini, upacara minum teh yang sekarang dikenal sebagai sadō berhasil disempurnakan dengan penambahan prosedur sistematis yang riil seperti otemae (teknik persiapan, penyeduhan, penyajian teh) dan masing-masing aliran menetapkan gaya serta dasar filosofi yang bersifat abstrak.
Memasuki akhir zaman Edo, upacara minum teh yang menggunakan matcha yang disempurnakan kalangan samurai menjadi tidak populer di kalangan masyarakat karena tata krama yang kaku. Masyarakat umumnya menginginkan upacara minum teh yang bisa dinikmati dengan lebih santai. Pada waktu itu, orang mulai menaruh perhatian pada teh sencha yang biasa dinikmati sehari-hari. Upacara minum teh yang menggunakan sencha juga mulai diinginkan orang banyak. Berdasarkan permintaan orang banyak, pendeta Baisaō yang dikenal juga sebagai Kō Yūgai menciptakan aliran upacara minum teh dengan sencha (Senchadō) yang menjadi mapan dan populer di kalangan sastrawan.
Pemerintah feodal yang ada di seluruh Jepang merupakan pengayom berbagai aliran upacara minum teh, sehingga kesulitan keuangan melanda berbagai aliran upacara minum teh setelah pemerintah feodal dibubarkan di awal era Meiji. Hilangnya bantuan finansial dari pemerintah feodal akhirnya digantikan oleh pengusaha sukses seperti Masuda Takashi lalu bertindak sebagai pengayom berbagai aliran upacara minum teh.
Pada tahun 1906, pelukis terkenal bernama Okakura Tenshin menerbitkan buku berjudul The Book of Tea di Amerika Serikat. Memasuki awal abad ke-20, istilah sadō atau chadō mulai banyak digunakan bersama-sama dengan istilah cha no yu atau Chanoyu.

Kabuki - Teater Khas Kebudayaan Jepang yang Lintas Zaman

2 komentar


Kabuki merupakan salah satu kebudayaan Jepang yang termasuk jenis seni teater karena memiliki unsur cerita yang dipadukan dengan seni tari dan musik. Dalam pertunjukan kabuki, seluruh peran dimainkan laki-laki, termasuk peran perempuan. Para pemain mengenakan kostum mencolok dan sangat mewah. Make-up-nya terbilang dramatis untuk menonjolkan sifat dan karakter tokoh.
Kabuki berasal dari kata kabusu, kabuki, kabukan, atau kabuki, yang berarti aneh. Seni drama ini diperkenalkan oleh Okuni, seorang pendeta dari daerah Izumo.
Berbicara tentang kebudayaan Jepang, ada banyak hal yang bisa membuat kita semua kagum. Negara-negara di dunia memang diciptakan berbeda, lengkap dengan kebudayaan yang juga berbeda. Jepang unik, begitupun dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Secara garis besar, kebudayaan yang ada di banyak negara memiliki "payung" yang sama. Seperti tarian, musik, pertunjukkan teater, cerita rakyat, mitologi, pakaian khas dan hal-hal lain yang umum. Kebudayaan Jepang pun demikian.
Di antara sekian banyak produk kebudayaan Jepang, sajian menarik berupa pertunjukkan teater menjadi salah satu andalan negara sakura ini. Teater yang dimiliki oleh kebudayaan Jepang ini pada dasarnya hampir sama dengan teater yang ada di Indonesia. Namun, penggunaan berbagai perlengkapan separti kostum, make up dan bahasa saja yang tentu saja berbeda.

Kebudayaan Jepang - Sejarah Kabuki

Okuni sebagai tokoh di balik kebudayaan Jepang yang satu ini merintis pertunjukan kabuki pada 1603. Tidak ada sejarah yang jelas mengenai asal-usul Okuni. Yang dikenal orang hanyalah bahwa Okuni memainkan drama aneh pada masa itu, dengan pakaian mencolok dan iringan lagu populer.
Tidak disangka, ternyata kabuki mendapat respons sangat baik. Kebudayaan Jepang tersebut dengan cepat menjadi populer dan termasuk dalam kesenian avant garde Jepang masa itu, sehingga memunculkan banyak peniru.
Sayangnya, sejarah kabuki dinodai munculnya sekelompok wanita penghibur yang melakukan praktik prostitusi melalui pertunjukan drama onna-kabuki (kabuki yang dimainkan wanita) sehingga keshogunan Tokugawa melarang pementasan onna-kabuki pada 1629 karena dinilai melanggar moral. Kebudayaan Jepang ini pun sempat dilarang.
Pelarangan terhadap kebudayaan Jepang yang satu ini berlanjut pada 1629 untuk yaro-kabuki (kabuki laki-laki) yang rupanya menjadi selubung prostitusi di kalangan gigolo dan pria-pria muda. Sebagai reaksi dari pelarangan tersebut, muncullah drama kabuki yang diperankan laki-laki dewasa seluruhnya, dan menjadi konsep drama kabuki yang dikenal sekarang.
Cerita yang cukup miris ternyata menghiasi sejarah terciptanya kebudayaan Jepang yang satu ini. Hingga akhirnya, seni teater khas Jepang ini bertahan hingga saat ini.

Kebudayaan Jepang - Jenis Kabuki

Di awal perkembangannya, kebudayaan Jepang,  kabuki memiliki dua jenis pementasan; kabuki-odori dan kabuki-geki. Yang membedakan dua jenis kabuki ini adalah adanya unsur cerita dalam kabuki-geki, sedangkan kabuki-odori hanya ditampilkan tarian dan nyanyian.
Keshogunan Edo yang berkuasa saat itu mewajibkan kelompok drama kabuki meniru kyogen, kesenian yang memanggungkan drama. Karena itu, kabuki-odori pelan-pelan menghilang sedangkan kabuki-geki semakin berkembang.
Kebijaksanaan keshogunan Edo rupanya memiliki kaitan dengan upaya menekan kecenderungan kabuki menjadi prostitusi terselubung. Saat itu, kabuki-odori adalah kabuki yang populer dengan praktik kurang baik ini.
Kebijakan tersebut merupakan upaya keshogunan untuk menjaga moral rakyat. Karena itu, kabuki-geki didorong untuk menjadi kesenian yang memiliki kelas dan kehormatan. Salah satunya dengan memasukkan unsur cerita klasik kepahlawanan yang kharismatik. Kabuki semacam ini kemudian dikenal dengan sebutan kabuki-kyogen.

Kebudayaan Jepang - Teknik Teater

Kebudayaan Jepang, Kabuki, yang semula hanya teater rakyat, dikembangkan menjadi kesenian yang berkelas dan bergengsi. Bukan saja tema yang diangkat menjadi lebih kuat, juga fasilitasnya pun diperbaiki. Hal ini karena pementasan lakon tidak memungkinkan menggunakan teknik teater rakyat.
Panggung standar pertunjukan kabuki dibangun bersamaan dengan berkembangnya kebudayaan Jepang ini. Struktur cerita yang menghendaki pergeseran seting dan waktu, dilakukan dengan teknik teater berupa pergeseran layar. Gedung pertunjukan kabuki juga mulai dilengkapi dengan hanamichi, yakni sebuah ruang khusus di sisi kiri kursi penonton, difungsikan sebagai tempat pemain masuk dan keluar panggung.
Hanamichi membuat kabuki memiliki kedalaman lebih jika dibandingkan dengan sebelumnya. Hanamichi juga merangsang munculnya kreasi teknik teater tiga dimensi. Teknik itu antara lain seri dan chuzuri.
Seri adalah bagian panggung fungsional yang bisa naik dan turun. Panggung ini memungkinkan kemunculan aktor perlahan-lahar dari bagian bawah panggung. Sedangkan chuzuri adalah teknik menggantung aktor dari bagian atas panggung untuk menampilkan adegan melayang atau terbang. Perubahan demi perubahan pun menjadi hal yang biasa dari kebudayaan Jepang yang satu ini.

Kebudayaan Jepang - Cerita Kabuki

Rangka penopang drama kabuki adalah cerita sejarah yang disebut jidaimono. Penulis drama kabuki dari daerah Kamigata menjadi pionir dalam penulisan naskah drama ini. Mereka banyak mengadaptasi cerita Ningyo Jōruri.
Hal ini rupanya memicu kreativitas tersendiri bagi penulis kabuki asal Edo. Beberapa penulis kabuki asal Edo tergerak mengkreasikan drama-drama baru. Mereka ikut andil dalam menjaga kebudayaan Jepang tersebut, misalnya Tsuruya Namboku, penulis kabui yang banyak mengkreasikan cerita kepahlawanan dari zaman Bunka hingga zaman Bunsei. Begitu juga dengan Kawatake Mokuami yang populer di akhir zaman Edo hingga memasuki zaman Meiji.
Beberapa judul drama kabuki yang terkenal misalnya: Taiheiki no sekai, Heike monogatari no sekai, Sogamono no sekai, dan Sumidagawamono no sekai.

Kebudayaan Jepang - Kabuki Melintasi Zaman

Kebudayaan Jepang, Kabuki lahir di zaman Edo, dan mampu bertahan hingga zaman Meiji. Pada masa ini, kepopulerannya sama sekali tidak menurun. Hanya saja, kabuki sering menjadi sasaran kritik kalangan intelektual karena dianggap kurang beradab.
Pemerintahan Meiji kemudian mendorong pembaruan untuk kabuki demi menyesuaikan dengan zaman. Lantas, lahirlah genre baru teater kabuki yang disebut shimpa.
Kebudayaan Jepang yang satu ini terus bertahan melintasi zaman. Dan, di tahun 1965, kabuki diakui oleh pemerintah Jepang sebagai warisan agung budaya nonbendawi. Keputusan itu berlanjut dengan pembangunan teater Nasional Jepang di Tokyo, khusus untuk pementasan kabuki.
Pemerintah juga menunjuk Dentō Kabuki Hōzonkai (Organisasi Pelestarian Kabuki Tradisional) sebagai pelestari Karya Agung Warisan Budaya Oral serta Nonbendawi Manusia Kabuki. Sebagai penjaga kebudayaan Jepang yang satu ini.

Kebudayaan Jepang - Istilah Bahasa Jepang yang Berasal dari Kabuki

Beberapa istilah dalam kebudayaan Jepang, kabuki, istilah dalam kabuki diserap ke dalam perbendaharaan bahasa Jepang. Berikut ini istilah bahasa Jepang yang diambil dari kebudayaan Jepang, kabuki.

1. Istilah Kebudayaan Jepang dari Kabuki - Sashigane

Di atas panggung, dalam pertunjukkan kebudayaan Jepang yang satu ini, jika ada adegan yang melibatkan aktor kabuki mengejar kupu-kupu atau burung, pembantu yang disebut koken (asisten di panggung yang sering berpakaian hitam) memegangi tongkat panjang. Di ujung tongkat panjang tersebut terdapat kupu-kupu atau burung yang disebut Sashigane. Dalam bahasa Jepang, istilah sashigane digunakan dalam konotasi negatif, yaitu "orang yang mengendalikan".

2. Istilah Kebudayaan Jepang dari Kabuki - Kuromaku

Di atas panggung pertunjukan kabuki, saat salah satu jenis kebudayaan Jepang ini dimainkan, malam ditandai dengan tirai (maku) yang berwarna hitam (kuro). Dalam bahasa Jepang, ada istilah sekai no kuromaku. Dalam istilah itu, kata kuro (hitam) berubah makna menjadi “jahat”. Dalam bahasa Jepang, kuromaku berarti “dalang” seperti dalam arti dalang kejahatan”.

Kebudayaan Jepang - Musik Kabuki

Seni musik pengiring kebudayaan Jepang, kabuki terbagi berdasarkan arah sumber suara. Musik yang dimainkan di sisi kanan panggung dari arah penonton disebut gidayubushi. Takemoto (Chobo) adalah sebutan untuk gidayubushi khusus untuk kabuki.
Selain itu, musik yang dimainkan di sisi kiri panggung dari arah penonton disebut Geza ongaku, sedangkan musik yang dimainkan di atas panggung disebut Debayashi. Musik-musik itu berperan sebagai pemeriah dari pertunjukkan kebudayaan Jepang ini.

4 komentar












1.Kuuga Growing Form                                         (Putih)
  • Kuuga Mighty Form                                     (Merah)
  • Kuuga Mighty Rising Form
  • Kuuga Dragon Form                                    (Biru)
  • Kuuga Dragon Rising Form
  • Kuuga Pegasus  Form                                  (Hijau)
  • Kuuga Pegasus Rising Form
  • Kuuga Titan Form                                        (Ungu)
  • Kuuga Titan Rising Form
  • Kuuga Amazing Mighty Form                       (Hitam)
  • Kuuga Ultimate Form
  • Kuuga Ultimate Rising Form
2.Agito  Ground From                (Emas) (W )

  • Agito Flame Form            (Merah)
  • Agito Strom Form            (Biru)
  • Agito Trinity Form
  • Agito Burning Form          (Merah)
  • Agito Shining Form
  • G3                                    (Biru)
  • G3 X                                 (Extension)
  • G3 Mild
  • Gills                                   (Hijau)
  • Exceed Gills
  • Another Agito
  • G4                                     (Hitam)
  • G5
3.Ryuki                                          (motif Naga)
  • Ryuki Survive Form
  • Knight                                  (motif Kelelawar)
  • Knight Survive Form
  • Zolda                                    (motif Kerbau)
  • Scissor                                  (motif Kepiting)
  • Raia                                      (motif Ikan Pari)
  • Gai                                        (motif Badak)
  • Tiger                                      (motif Harimau Putih)
  • Imperrer                                (motif Antelop)
  • Femme                                  (motif Angsa)
  • Verde                                    (motif Bunglon)
  • Odin                                      (motif Phoenix)
  • Ouja                                      (motif Ular Cobra)
  • Ryuga                                    (motif Naga)
  • Alternative                             (motif Jangkrik)
  • Alternative Zero                     (motif Jangkrik)
  • Abyss                                    (motif Hiu) (hanya muncul di Decade)
4.Faiz ( 555 / f )
  • Faiz Axel Form
  • Faiz Blaster Form
  • Kaixa ( c )
  • Delta ( D )
  • Psyga ( Y )
  • Orga ( W )
  • Riotroopers ( O )
  • Alpha ( a )
  • Beta ( b )
  • Gamma ( g )
5.Blade
  • Blade Jack Form
  • Blade King Form
  • Garren
  • Garren Jack Form
  • Chalice
  • Chalice Wild Form
  • Leangle
  • Glaive
  • Lance
  •  Lar’c
6.Hibiki
  • Hibiki Kurenai Form
  • Hibiki Souko Armed Form
  • Kiriya
  • Ibuki
  • Tenki/Amaki (hanya muncul di Decade)
  • Zanki
  • Todoroki
  • Sabaki
  • Danki
  • Eiki
  • Gouki
  • Touki
  • Shouki
  • Shuki
  • Banki
  • Kabuki
  • Touki
  • Kirameki
  • Nishiki
  • Habataki
  • Fubuki
7.Kabuto Masked Form
  • Kabuto Rider Form
  • Kabuto Hyper Form
  • Gatack Masked Form
  • Gatack Rider Form
  • Gatack Hyper Form
  • Drake Masked Form
  • Drake Rider Form
  • Sasword Masked Form
  • Sasword Rider Form
  • The Bee Masked Form
  • The Bee Rider Form
  • Dark Kabuto Masked Form
  • Dark Kabuto Rider Form
  • Punch Hopper
  • Kick Hopper
  • Ketaros
  • Hercus
  • Caucasus
8.Den-O Plat Form
  • Den-O Sword Form
  • Den-O Rod Form
  • Den-O Axe Form
  • Den-O Gun Form
  • Den-O Wing Form
  • Den-O Liner Form
  • Den-O Climax Form
  • Den-O Super Climax Form
  • Zeronos Altair Form
  • Zeronos Vega Form
  • Zeronos Zero Form
  • New Den-O Strike Form
  • New Den-O Vega Strike Form
  • Gaoh
  • Nega Den-O Nega Form
  • Yuuki Hi-Jack Form
  • Yuuki Skull Form
  • G Den-o
 9.Kiva
  • Kiva  Garuru Form
  • Kiva  Bassha Form
  • Kiva  Dogga Form
  • Kiva  Dogabaki Form
  • Kiva  Dogabaki Emperor Form
  •  Kiva  Emperor Form
  •  Kiva  Flight Form
  • Ixa Save Form
  • Ixa Burst Form
  • Ixa Rising Form
  • Saga
  • Dark Kiva
  • Rey
  • Arc
10.Decade
  • Decade Complete Form
  • Diend
  • Diend Complete Form
  • Ayakashi Rider
  • Kivaraa
11. W Cyclone Joker
  • W Fang Joker
  • W Heat Metal
  • W Luna Trigger
  • W X-treme
  • W Gold X-treme
  • W Joker Joker (hanya muncul di Decade)
  • W Cyclone Cyclone (hanya muncul di Decade)
  • Joker
  • Accel
  • Accel Bike
  • Accel Trial
  • Accel Booster
  • Skull
  • Eternal
  • Eternal Red Flare